Di hari penghujung tahun kemarin hampir semua orang berharap untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dan lebih indah pada tahun berikutnya. Harapan tersebut sebenarnya tiap tahun kita canangkan. Bahkan lebih dari itu sebenarnya pula tiap hari dalam kehidupan kita senantiasa dipenuhi oleh beragam asa dan harapan. Harapan memang harus selalu ada dalam hidup kita, karena ia dapat menjadi sebuah energi bagi kita untuk melakukan suatu usaha untuk mewujudkannya. Tanpa ada harapan hidup kita seolah menjadi hampa, tak ada yang mesti di raih, tak ada perjuangan.
Namun demikian dari harapan dan asa yang kita inginkan tersebut sampai sejauh manakah telah tercapai. Sudahkah harapan-harapan tersebut kita gapai, asa itu kita rengkuh, cita itu kita raih ? Sudahkah apa yang kita impikan selama ini menjadi kenyataan ?
Dari rangkaian waktu yang telah berjalan, di antara kita mungkin sebagian cita-cita dan harapannya telah tercapai. Ada yang telah meraih gelar akademik tertentu. Ada yang telah mencapai pangkat dan jabatan tertentu. Telah mendapatkan suami atau istri dan anak tercinta yang didiam-idamkan sejak dulu. Telah memiliki rumah dan kendaraan yang telah lama dicita-citakan. Mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih dari memadai. Bahkan juga mungkin popularitas. Juga tentunya pencapai-pencapaian lainnnya. Semua telah di dapat. Semua telah dimiliki. Namun..setelah itu, sudahkah kita merasa cukup. Tentunya kita akan mengatakan tidak. Walaupun apa yang kita cita-citakan tersebut semuanya telah dapat ki raih, namun dalam hati dan angan kita seolah tidak merasa terpuaskan. Ada suatu esensi yang hakiki yang kita rasakan belum diraih.., bahkan sesuatu tersebut semakin kita kejar semakin menjauh. Anehhya lagi dan bahkan sungguh ironi adalah kita sendiri terkadang tidak tahu apa sebenarnya apa yang ingin kita raih dalam kehidupan kita ini.
Harapan yang ingin kita raih terkadang seperti fatamorgana. Dari jauh tampak berkilauan seperti air yang tertimpa sinar matahari. Orang yang kehausan tentu akan berupaya mengejarnya. Namun, setelah ia mendekat, fatamorgana tersebut pindah ke atas bukit. Dia berupaya mengejarnya lagi, dan fatamorgana tersebut terus berpindah dan menjauh sampai akhirnya orang tersebut mati kehasuan. Ia mati dalam kegelisahannya dan terkubur oleh segala ambisinya yang tak pernah tercapai.
Ada juga sebagian orang ketika ia kehausan ia tidak tertarik mengejar fatamorgana. Ia tahan rasa hausnya, ia bersabar dan berjuang mencari desa terdekat, ia lewati bukit dan jelan yang terjal untuk mencari air hakiki pemuas dahaganya. Ia menemukannya. Ternyata tidak jauh. Air itu ada di dekatnya, bahkan sangat amat sangat dekat.
Akhirnya di kesenyapan ini, dalam kegelisahan hati dan asa yang membuncah, aku bertanya pada kesunyian apakah harapan dan asa yang aku kejar selama ini adalah harapan kesejatian dan sebenar-benarnya cita ? Ku tengok ke belakang...Ya Rabb..ampunilah hamba, ternyata... banyak tapak-tapakku yang justru tidak mengarah pada kesejatian itu. Fatamorgana itu telah menyamarkan langkahku. Sementara waktu terus mengejarku..sanggupkah ku tahan dahaga ini ? Dapatkah ku temukan telaga itu..? Ingin ku minum sepuasnya, ingin ku dapatkan kesejatian, ingin ku tenggelam di dalamnya. Rabb..bimbinglah hamba. Izinkan hamba menghampiri-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar